Teori Ekonomi dalam Kehidupan Sehari-hari


Manusia adalah makhluk yang diberikan kelebihan berupa akal dan pikiran. Dalam kenyataannya, akal dan pikiran menghasilkan keinginan untuk melakukan sesuatu. Entah apakah itu bernilai manfaat bagi diri sendiri atau masyarakat banyak. Keinginan yang dimiliki oleh manusia pada dasarnya adalah tidak terbatas. Pikiran yang merencanakan segala sesuatu tanpa sekat, menembus ruang hingga tempat kita berada. 

Keinginan yang tidak terbatas ini dimiliki oleh semua manusia. Hanya saja hal ini dibatasi oleh sumber daya yang dimiliki. Sumber daya bisa berupa materi seperti uang, kekuasaan, ataupun jabatan. Bisa juga segala sesuatu yang bersifat inmateri yang membatasi keinginan kita untuk memiliki sesuatu. Keinginan yang tidak terbatas dan terbatasnya sumber daya yang dimiliki menyebabkan adanya kelangkaan atau scarcity. Manusia melakukan pemilihan dari keinginan yang tidak terbatas tadi dengan apa yang dimilikinya sehingga munculnya beberapa hal yang lebih spesifik atau kita menyebutnya kelangkaan. Dalam memilih sesuatu yang spesifik, kita dituntut pada beberapa pilihan yang harus dilaksanakan. Pilihan A atau B yang harus kita jawab. Dalam aspek apapun, pasti ada pilihan yang harus diputuskan. Pada akhirnya setiap pilihan memiliki biaya atau opportunity cost. 

Dalam sebuah perkuliahan, Dr. Harianto,MS dosen kami yang mengampu mata kuliah kebijakan pembangunan daerah IPB pernah menyampaikan mengenai biaya atau cost ketika kita memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke pasca sarjana. Tuition atau biaya perkuliahan yang merupakan cost dari kita kuliah adalah hal yang kecil bila dibandingkan dengan cost kita berupa waktu, momentum bersama keluarga misalnya. Cost bukan hanya bicara uang namun juga sesuatu yang inmaterial. 

Dalam kehidupan kita sehari-hari, pengambilan keputusan seperti teori ekonomi di atas sering kita jumpai. Meski demikian teori neo-klasik yang umumnya dipelajari di bangku perkuliahan bukan berarti tanpa kritikan. 



Suasana Kuliah S3

Umumnya, orang akan membayangkan suasana perkuliahan program Doktoral atau Strata Tiga itu menyeramkan. Faktanya, justru suasananya lebih sa...