Pengalaman Mendaftar Haji


Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang kelima. Perintah mengerjakan haji ditujukan kepada mereka yang mampu baik secara harta maupun fisik. Ibadah yang diperintahkan Allah bagi seluruh kaum muslimin baik laki-laki dan perempuan ini merupakan impian semua orang, tidak terkecuali umat Islam yang berada di Indonesia.

Momentum pelaksanaan ibadah haji menjadi agenda yang sangat ditunggu bagi semua orang karena proses antrinya memakan waktu yang tidak sedikit. Banyaknya calon jamaah haji dari Indonesia membuat Pemerintah Indonesia memberlakukan waiting list bagi mereka yang sudah membayar kuota haji terlebih. Rentang waktu waiting list antara 11-40 tahun. Bagi mereka yang berada di kawasan Indonesia Timur seperti Maluku dan Papua jangka waktu menunggunya relatif lebih pendek dibandingkan yang berada di Jawa dan Sulawesi.

Meski untuk mendapatkan nomor antrian haji membutuhkan waktu yang cukup lama, namun tidak membuat surut masyarakat Indonesia untuk mendaftar. Hal ini dibuktikan dengan jumlah calon jamaah haji yang semakin tahun meningkat. Pemerintah Indonesia sempat meminta tambahan kuota kepada Pemerintah Saudi Arabia. Meski sudah mendapatkan kuota terbanyak diantara negara lain yaitu 221 ribu, terdiri dari 204 ribu jamaah haji reguler dan 17 ribu jamaah haji khusus dengan rata-rata BPIH untuk jamaah haji reguler tahun ini sebesar Rp 35.235.602 atau setara USD 2.481.Pemerintah Saudi Arabia pun akhirnya memberikan tambahan kuota sebanyak 10.000 jamaah kepada Indonesia pada tahun ini (Lihat: https://www.jawapos.com/features/humaniora/15/04/2019/penambahan-kuota-haji-10-ribu-jamaah-dari-raja-salman-berdampak-banyak/).


Pengalaman Membuka Tabungan Haji

Saya dan istri mendaftar haji pada bulan Desember 2018 di Kantor Kemenag Kabupaten Bandung. Seperti calon jamaah yang lain, kami harus menyetorkan uang sebesar Rp 25 juta kepada bank yang telah ditunjuk oleh pemerintah sebagai syarat memiliki rekening tabungan haji.  Saat itu kami menyetorkan uang melalui Bank BJB. Persyaratan mendaftar haji tidak terlalu sulit yaitu bukti setoran haji berupa buku tabungan, identitas pribadi yaitu KTP, Kartu Keluarga, Kartu Nikah, Surat keterangan domisili dari desa, beberapa meterai dan pas foto. Persyaratan itu kami kemudian kami bawa ke Kantor Kemenag. Kami kemudian mengisi formulir pendaftaran haji yang berisi identitas pribadi serta keterangan lain seperti riwayat penyakit. Setelah mengantri beberapa saat kemudian kami dipanggil untuk dilakukan pemotretan dan sidik jari. Tidak berselang lama akhirnya kami mendapatkan surat keterangan nomor kuota haji. Pengecekan nomor tersebut dilakukan di website Kementerian Agama untuk mengetahui tahun keberangkatan kami. Setelah kami cek, Alhamdulillah tahun keberangkatan kami yaitu tahun 2031. Artinya kami harus menunggu sekitar 12,5 tahun lagi.


Saat mengikuti manasik umroh di Asrama Haji Pondok Gede (Februari 2019)


Hal yang utama sebelum mendaftar haji adalah memantapkan niat bahwa ibadah haji adalah cita-cita tertinggi seorang muslim. Saya dan istri memang sudah lama memantapkan kalau ada dana untuk segera mendaftar haji. Alhamdulillah, ketika dana ada maka kami pun menyegerakan diri dan mempersiapkan persyaratannya. Setelah faktor niat selanjutnya adalah mengetahui persyaratan untuk mendaftar haji. Awalnya kami mencari melalui internet. Setelah dirasa cukup maka kami mempersiapkan berkas-berkasnya. Untuk penyetoran uang pendaftaran kami putuskan melalui Bank BJB. Bank yang menjadi tempat menyetor tabungan haji sudah ditentukan oleh pemerintah. Selain BJB, ada BNI,BRI maupun Mandiri. Kami sendiri menyetor melalui BJB karena sebelumnya kami menabung untuk haji sudah dari awal disana. Ada sedikit perbedaan informasi rupanya antara persyaratan mendaftar tabungan haji yang kami dapatkan dari internet dan dari bank. Seperti misalnya kami harus melampirkan surat domisili dari desa serta menambahkan beberapa pas foto. jadi alangkah baiknya kalau kita mau mendaftar haji, persyaratannya bisa langsung di lihat di bank yang akan kita jadikan tempat menyetor.

Itulah sekelumit cerita bagaimana kami mendaftar untuk ibadah haji. Waiting list selama 12,5 tahun tentu bukan waktu yang sebentar. Namun kami serahkan semuanya kepada Allah. Kita hanya bisa untuk optimalkan segala daya dan upaya, adapun hasilnya Allah menentukan. Semoga Allah menyegerakan kami untuk segera berangkat ke Baitullah bersama dengan jamaah haji lainnya. Aamiin.


Purwakarta, 28 Juli 2019

Ditulis oleh: Ramlan Nugraha

Suasana Kuliah S3

Umumnya, orang akan membayangkan suasana perkuliahan program Doktoral atau Strata Tiga itu menyeramkan. Faktanya, justru suasananya lebih sa...