Journey to Papua

Jalan Trans Sorong

Desember 2012, penulis berkesempatan mengunjungi Kabupaten Sorong Selatan Papua Barat. Wilayah yang memiliki luas 9.408,63 km2 ini menurut data statistik tahun 2012 hanya ditempati oleh sekitar 5 orang penduduk per kilometer persegi (km2).Berbatasan langsung dengan Kabupaten Sorong di sebelah Utara, Kota Sorong di sebelah Barat, Kabupaten Teluk Bintuni di sebelah Timur dan  Laut Arafura di sebelah Selatan.

Perjalanan udara kami tempuh dari Jakarta, transit di Makasar dan akhirnya mendarat di Bandar udara Kota Sorong. Bila melihat peta, letak Kota Sorong tepat di bagian kepala burung. Perjalanan menuju Sorong Selatan kami tempuh melalui jalur darat. Kendaraan yang digunakan adalah Mitsubishi Strada 4x4 WD (wheel drive). Kendaraan seperti ini bukanlah hal asing di Papua mengingat kondisi jalannya yang membutuhkan tenaga besar.

Bersama teman seperjalanan : Alex dan Strada



Jalan yang dilewati sebagian besar masih berupa tanah. Pemandangan di luar inilah yang menjadi salah satu destinasi perjalanan darat. Jalan yang menembus lebatnya hutan tropis dengan beraneka ragam flora fauna. Bila di lihat dari atas tentu seperti ular yang meliuk-liuk. Hari itu kami beruntung, cuaca cerah. Kalaulah hujan tentu akan sangat mengesankan karena bisa jadi kami harus menginap semalam di tengah gelapnya rimba Papua. Namun jika anda punya ‘nyali’ yang sangat tinggi, bersiaplah menghadapi kondisi jalan yang licin dan mengangkat pohon tumbang di tengah jalan.

Hutan Tropis Jalan Trans Sorong


Hutan tropis Papua adalah kekayaan dunia yang tak terkira. Berbagai pohon dan binatang tropis menghiasai pemandangan sepanjang jalan. Perjalanan sekitar 6 jam itu akhirnya sampai juga ke tujuan kami yaitu Distrik Teminabuan, ibu kota Sorong Selatan. Keringat yang mengucur di badan akhirnya terbayar sudah dengan menceburkan diri di sebuah danau kecil yang jernih di sekitar Kampung Wernas Jalan Teminabuan Ayamaru. Hutan Papua sungguh mengesankan!


Perbukitan Aplim Apom, Pegunungan Bintang

Destinasi Papua memang sangat menakjubkan. Sekali waktu, bulan Juni 2013 penulis pun berkesempatan kembali ke Papua. Kali ini ke Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Kabupaten yang terbilang baru ini memiliki luas 15.683 km2. Berbatasan langsung dengan Papua New Guenea di sebelah Timur, Kabupaten Boven Digoel di sebelah Selatan, Kabupaten Keerom di sebelah Utara dan Kabupaten Yahukimo di sebelah Barat.

Terbang menuju Kabupaten Pegunungan Bintang dari Bandar udara di Sentani, Jayapura tidaklah semudah di bayangkan. Kami pun mengalaminya. Jadwal mundur sehari karena kondisi kabut yang menyelimuti rute penerbangan. Namun keesokannya kami akhirnya berangkat menggunakan pesawat kecil jenis Cessna kapasitas 20 orang. Kami mendarat di Bandar Udara Oksibil sekitar pukul 9 pagi. Perjalanan dari Jayapura memakan waktu 45 menit. Kali pertama menginjakkan kaki yang terasa adalah cuaca dingin dan kabut yang menyelimuti kondisi luar. Hal ini dapat dimaklumi karena suhu rata-rata di Kabupaten Pegunungan Bintang berkisar 14,7 – 26,8 0C dengan kelembapan udara relatif tinggi yaitu 77 – 81%.

Bandar Udara Oksibil, Pegunungan Bintang


Sebagian besar wilayahnya adalah pegunungan dengan ketinggian ± 4.000 meter dari permukaan laut. Tofografi daerah didominasi bukit-bukit dengan persentase sekitar 90% perbukitan. Pegunungan Bintang merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang masih sulit diakses karena semua distrik hanya dapat di jangkau oleh pesawat terbang. Jumlah Distrik (Kecamatan) yaitu 34 Distrik. Hingga kini sudah ada perkembangan sejumlah 16 lapangan perintis di semua distrik.


Perbukitan Aplim Apom 4000 meter dpl


Petualangan ke Pegunungan Bintang, tidak hanya karena kondisi perjalanannya yang luar biasa. Kita juga diajak menyelami kehidupan bahwasanya ada warga negara yang mampu bertahan meski wilayahnya terisolir. Suku asli terbesar yaitu Suku Ngalum, Suku Katengban dan Suku Murop yang termasuk ras Negrito Melanesia. Selain pemerintah dan gereja, peran Dewan Adat sangat berpengaruh dalam mengatur masyarakat. Mereka percaya, para leluhur menjaga setiap jengkal tanah  di setiap bukit yang mereka namakan Aplim Apom. 

Pesta Rakyat Suku Ngalom


Kami menginap di sebuah Wisma Kesusteran yang berada di Kampung Mabilabol Distrik Oksibil. Letaknya tidak jauh dari Bandara, mungkin sekitar 300 meter. Sungguh rasa takjub mulai terasa ketika sudah sampai ke wisma Katholik ini. Tempatnya begitu bersih, nyaman dan furniturenya cukup bagus untuk sekelas daerah pegunungan Papua. Wismanya yang terbuat dari bahan kayu menambah suasana hangat pegunungan. Pelayanan begitu ramah karena para suster yang turun langsung menangani tamu. Bila anda ingin sesekali mencari makanan di luar, jangan kaget semua harga barang hampir 10 kali lipat di banding di Pulau Jawa. Harga bensin yang dulu masih Rp 5.000, di sini Rp 50.000. Barang-barang memang sangat mahal karena diangkut melalui pesawat terbang dari Jayapura. 


Pantai Tablanusu, Jayapura

Sambil menunggu kepulangan, saya diajak teman ke sebuah daerah yang disana terkenal akan keindahan pantainya. Namanya PantaiTablanusu. Pantai ini berada di Desa Tablanusu Kecamatan Depapre Kabupaten Jayapura.Tablanusu sendiri menurut orang sana artinya tempat terbenamnya matahari.

Dermaga Pantai Tablanusu


Kali pertama masuk ke tempat ini kita disuguhkan dengan suasana hutan desa yang asri dengan rimbunnya pepohonan. Mulai mendekati pantai, angin laut sepoi-sepoi dengan pemandangan batu koral sepanjang pantai membuat kita ingin segera turun dari kendaraan. Kami pun akhirnya tiba dan segera berlabuh ke dermaga yang sudah dipenuhi anak-anak kampung.

Waktu kami untuk menikmati keindahan pantai ini tidak banyak. Dengan segera kami pun menyewa perahu dan menikmati indahnya pantai yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifikini. Lautan yang eksotis, bening dan tenang membuat siapapun yang berkunjung ke sini ingin melepas baju untuk melihat panorama bawah air yang dipenuhi terumbu karang. Kita pun disuguhkan dengan pesona hutan yang didalamnya terdapat berbagai jenis binatang terutama burung yang hinggap dan berjejer di ranting pepohonan.
  
    
Pantai Tablanusu yang Eksotis

      Pantai Tablanusu adalah salah satu wisata yang sedang digalakkan oleh pemerintah Propinsi Papua. Di pinggir pantai sudah ada tempat penginapan (home stay) meski terbatas. Penduduk desanya pun ramah dan tidak segan kalau kita ajak mengobrol tentang pantai dan desa ini. Singkat waktu, saya pun terlena dengan suasana. Tak terasa waktu jua akhirnya mengharuskan kami pulang kembali ke Kota Jayapura.


Destinasi Impian

Destinasi Papua adalah tentang Indonesia sebenarnya. Pulau yang terletak di ujung timur dan berbatasan langsung dengan Papua New Guenea ini menjadi eksotis khususnya bagi mereka yang berjiwa petualang. Papua menyimpan seribu pengalaman yang tak bisa tergantikan di tempat lain. Ibarat mutiara hitam, pulau iniadalah ikon betapa kayanya potensi wisata Indonesia. Kali pertama menapaki Papua, anda akan berdecak kagum. Garis pantai yang memanjang tak bertepi, pulau-pulau kecil yang saling berbaris, lebatnya hutan tropis, sungguh Papua akan membuat jantung anda berdetak kencang.

Tulisan ini di atas dibuat berdasarkan pengalaman penulis selama mengunjungi beberapa tempat di Propinsi Papua Barat dan Papua. Selama ini harus diakui masyarakat terutama wisatawan asing lebih mengenal Kepulauan Raja Ampat dibandingkan dengan daerah lainnya. Padahal Papua menyimpan beribu potensi yang bisa terus digali dan dikembangkan. Kolaborasi wisata bahari, rimba dan pegunungan tentu dapat menjadi paket wisata lengkap bagi yang ingin mendapatkan destinasi petualangan tanpa batas. Wisata bahari Raja Ampat tentu bisa dikolaborasikan dengan Touring de Papua yang menembus lebatnya hutan tropis Papua.

            Bila diberikan pilihan, saya ingin tinggal lebih lama di Pulau ujung timur Indonesia ini. Menikmati Destinasi maha karya dengan menjelajah bahari Indonesia melalui indahnya Pulau Papua melalui destinasi dan impian wisata “Journey to Papua” :

  • §  Naik KM Dobonsolo kelas I dari Tanjung Priok ke Sorong.
  • §  Melanjutkan perjalanan ke Waisai Ibu kota Raja Ampat untuk diving dan snorkeling di Pulau Wayag. Memotret burung Cenderawasih di Pulau Gam, pergi ke Pulau Karang untuk mendaki karang melihat indahnya panorama laut Raja Ampat.
  • §  Menembus lebatnya hutan tropis dari Merauke ke Boven Digoel dengan Hummer 4x4 WD. Singgah ke bekas peristirahatan pahlawan nasional.
  • §  Terbang dengan twin otter dari Boven Digoel ke Pegunungan Bintang dan pulang menuruni gunung bersama para penjelajah adat suku Ngalom ke Jayapura.
  • §  Menikmati Pantai Tablanusu sembari menunggu jadwal pulang.


Sungguh destinasi petualangan yang menantang tentunya!






Tulisan ini ikut serta mewarnai "Wisata Indonesia dan Impianku" bersama Asia Wisata. 
Fb: Asia Wisata  (klik) Website : http://www.asiawisata.com/


Suasana Kuliah S3

Umumnya, orang akan membayangkan suasana perkuliahan program Doktoral atau Strata Tiga itu menyeramkan. Faktanya, justru suasananya lebih sa...