Pengertian Istirahat Versi Saya, Dokter dan Orang Tua

Senin, 7 Desember 2009
Catatan Desember Ramlan Nugraha

Maaf, tulisan ini bersifat pribadi. Jangan dipublish di luar, apalagi disebarkan ke para wartawan dan media elektronik. Berbahaya, khawatir anda terkenal mendadak. Terima kasih.




Malam ini saya paksakan untuk menulis. Walau kondisi badan sudah lelah, tapi rasa hati tak tega melihat blog ini sudah hampir dua minggu kosong tanpa tulisan. Ah, mending saya nulis saja. Entah mungkin inspirasi kadang datang tak terduga. Tapi saya yakin, itu pasti datang tatkala kita terus tanpa henti menggerakkan tuts keyboard ini.

Hari ini dari pagi sampai tadi menjelang Isya, pukul 19.00 saya masih berada di Hotel Bumi Kitri, Jl. Ciputra Bandung. Ada agenda training anggaran bagi pemuda dan mahasiswa se-Jawa Barat. Penyelenggaranya PATTIRO Jabar, lembaga dimana saya bernaung beberapa bulan ini.

Wuihh, hampir seharian itu jujur mood kerja saya agak berkurang. Entah apa karena malamnya saya baru pulang dari Jakarta, dan pagi harus langsung meluncur ke kantor, persiapan training ini, atau karena apa? Saya menduga, tetap kelelahan fisik masih menjadi jawaban. Padahal, sudah dua pekan ini saya intens mengkonsumsi sari kurma. Khasiatnya cukup terasa, kalau minum itu, badan yang agak loyo setidaknya langsung seger. Haha.. atau bisa saja pengaruh psikologi.

Pasca sakit seminggu kemarin, saya berusaha untuk hati-hati terutama menyangkut masalah kesehatan. Makan teratur sehari tiga kali, minum air putih dua liter sehari dan menambah asupan makanan yang bergizi. Tapi ga tahu ya, baru juga lima hari setelah keluar dari Rumah Sakit pola makan dan istirahat saya kembali seperti semula, kurang teratur. Itu kata dokter sih. Biasa, kalau ke dokter, minimal kita sedikit diwawancara secara umum tentang apa aktivitas kita sehar-hari. Ya, saya kadang sampaikan detail, kadang juga garis besarnya saja.

Entah hampir semua dokter yang saya temui pasti menganjurkan hal yang sama. Kalau anda ingin sehat, coba pola makan, minum, istirahatnya yang teratur. Jaga kondisi badan, istirahat secukupnya, dll. Sama persis kalau saya berada di rumah. Entah Ibu atau Bapak, keduanya sama, tiap saya pulang pasti yang ditanyakan, bagaiman makanmu? aktivitas apa saja? Kok makin kurus, jarang makan ya? Waduuuh, karena yang nanya orang tua, ya mesti dijawab. Ada persepsi yang beda antara saya, dokter dan orang tua terkait dengan pola istirahat yang baik. Saya meyakini dan sampai sekarang masih intens melakukan bahwa istirahat itu dilakukan kalau kita benar-benar dalam kondisi cape, lelah, lapar ataupun banyak pikiran. Dalam kondisi itu zona istirahat saya bener-bener pulas. Kalau kata dokter beda lagi. "Mas Ramlan, usahakan punya waktu khusus untuk istirahat. Jaga jangan sampai kondisi badan lelah, karena itu bisa berakibat sakit. Kondisi badan tidak seimbang. dll..". Ya saya sih angguk-angguk sajalah, wong namanya juga pasien. Kita hargai profesi dokter. Walau bagaimana pun mereka lebih faham mengenai kondisi kesehatan dibanding dengan kita. Apalagi saya, jurusan saja teknik mesin, kerja di lembaga riset kebijakan publik, waduh mana tau powerfull tentang kesehatan? Tapi tidak untuk kebersihan. Untuk masalah ini, saya harus jadi yang terdepan. Di manapun, kapanpun, kita tetap harus menjaga kebersihan. Enak kalau lihat orang bersih, lingkungan bersih, membuat kita adem.

Lantas bagaimana dengan orang tua? Duh, kalau disebut cerewet, bukan sih ya. Mereka sebenarnya perhatian, tapi kadang persepsi kita saja yang tidak baik. Kadang suatu waktu saya protes juga ke orang tua, tapi setelah itu ya tersadarkan bahwa mereka sayang sama kita. Dulu sih protes, kalau sekarang ya mending diam saja. Dosa lho kalau bilang ups saja.

Ada satu yang menjadi indikator seorang anak itu dikatakan istirahatnya bagus kalau di keluarga saya. Tidur malam jangan lewat dari jam sembilan malam. Itu saya, di keluarga memang paling bandel masalah ini. Entah mungkin karena satu-satunya anak lelaki, jadi hal ini sejak SMP paling jarang ditaati. Saudara-saudara perempuan ga ada masalah, mereka konsisten bisa melaksanakan ini. Kakak saya, IQ-nya 130 waktu SD kelas enam. Kalau baca referensi kita bisa lihat tingkatannya:
Tingkatan IQ menurut para ahli, adalah sebagai berikut :



GENIUS HAMPIR DI ATAS >140
SANGAT SUPER 120 -- 140
SUPER 110 - 120
NORMAL 90 - 110
BODOH 80 - 90
PERBATASAN 70 - 80
MORON (DUNGU) 50 - 70
IMBECILE 25 - 50
IDIOT 0 - 25

Nah, kakak saya waktu kelas enam SD masuk sangat super. Memang orangnya rajin, beda dengan saya. Sampai sekarang pun, kagak tau dah berapa IQ saya. Apa ada korelasi orang yang tidurnya diatas jam sembilan dengan yang tidak tambah cerdas? Saya jawab ga. Tapi orang tua saya beda. Prinsip tidur malam 6-8 jam harus dilaksanakan.Kalau ga, berarti pola istirahatnya kurang baik. Nah, inilah yang selalu jadi bahan kritikan terhadap diriku. Ramlan dicap pola istirahatnya paling jelek, sehingga badannya paling kurus diantara saudara-saudara yang lain. He..he..

Bab selanjutnya yang ingin saya tulis adalah tentang lupa makan. Ini kebiasaan saya yang sudah melekat sehingga mungkin jadi akar dalam tubuh. Lupa Makan!! Lucu memang, makan saja kok lupa. Perihal ini akan ditulis pada episode berikutnya. Berhubung malam ini harus istirahat dulu.


Wassalam.
Bandung, pukul 00.41 Wib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana Kuliah S3

Umumnya, orang akan membayangkan suasana perkuliahan program Doktoral atau Strata Tiga itu menyeramkan. Faktanya, justru suasananya lebih sa...