Baby I Love You

Teruntuk Anakku,

Entah harus bagaimana aku bersyukur ke gusti Allah. Tepat beberapa hari setelah engkau berumur 5 bulan, aku merasakan detak jantung kecilmu. Kaget bercampur kagum, akhirnya aku bisa merasakannya secara langsung. Beberapa waktu sebelumnya, memang jantungmu sudah berdetak. Tapi sangat kecil suaranya, sehingga belum bisa terdengar olehku.

Thank you Allah. Sejak kemarin, tepat setelah my baby kurasakan detak jantungnya, senang rasanya menempelkan telinga ini di atas perut istriku. Ada seorang manusia yang hidup dalam perut ini. Puji syukur ke hadiratmu, kadang terlintas pertanyaan bagaimana dengan seorang ibu yang melahirkan anak yang sampai kembar delapan. Subhanallah. Pasti kalau diperiksa dengan alat khusus, dalam perut ibu itu ada delapan jantung yang berdetak. Wah wah seru mungkin, kalau telinga ayahnya ditempel ke atas perut ibu itu, banyak detak jantung yang bisa ia rasakan. Aku pun demikian, satu detak jantung saja sudah dibuat kagum, apalagi banyak.


Banyak rasa yang bercampur dalam diriku. Terutama ketika diberikan kepercayaan untuk memegang sebuah amanah baru. Kalau dalam organisasi, tentu sudah terbiasa. Saya tidak berjuang sendirian, ada tim yang membantu disana. Tapi untuk kali ini, kami hanya berdua, saya dan istri. Membangun rumah tangga dengan saling percaya, saling membantu dan memahami apa yang menjadi kebutuhan. Ataupun keinginan tentunya.

Cinta itu terus bertambah setiap harinya. Aku sadar betul tentang apa yang sekarang telah dikandung dalam perutnya. Tak mudah tentunya mengandung bayi, apalagi untuk dia yang baru pertama kali. Jadi teringat lagunya Raihan: Insan berseri cahayamu/ bersinarlah budimu/ karena ketaqwaan kepada Tuhan//.

Setiap suami yang istrinya sedang mengandung, mungkin merasakan hal serupa. Tapi bahasanya tentu berbeda, tergantung bagaimana proses pemaknaannya. Tapi satu hal yang akan dialami adalah pemahaman tentang posisi wanita. Ketika detak jantung kecil sang jabang bayi terdengar, entah kenapa aku lebih mencintai istriku. Akupun menjadi rindu akan ibuku. Hormatku pun bertambah kepada para wanita yang telah melahirkan putra-putri. Rasa takjubku muncul, ketika seorang perempuan baligh yang ingin segera menikah karena ingin melahirkan para generasi baru, pemberat amal di muka bumi ini.

Kadang aku pun tak habis pikir, dengan segala janji Allah yang sangat pasti, mengapa ada orang yang menunda pernikahan, dengan segala alasan yang dibuat padahal syarat mampu sudah tercapai. Jawabannya tak lain adalah keraguan-raguan. Persepsi manusia dengan segala pengetahuan yang terbatas, pada dasarnya tak mampu menandingi rahasia Allah yang begitu besar. Sehingga tak ayal lagi, gempuran informasi yang begitu dahsyat bisa menyebabkan manusia terperangkap ke dalam jurang kemaksiatan. Naudzubillah.

Seorang wanita diberikan amanah oleh Allah yang begitu besar. Perannya sebagai madrasatul 'ula. Aku merasakan hal itu. Sebagai seorang suami, yang kadang harus meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang tidak tentu. Istri, menjadi pondasi yang benar-benar sangat diharapkan kemampuannya.

Ah, lagi-lagi aku tak habis fikir. Design yang maha sempurna dari sang pencipta, yang menjadikan jabang bayi bisa hidup dalam perut sang ibu. Detak jantungnya itu, yang mungil. Aduh lucu dan gregetan. Tak sabar menunggu empat bulan lagi. akan kukecup jidatmu hai bayi lucu.

Ada satu lagi yang perlu kusampaikan. Kadang kami dibuat tertawa bersama. Setiap kali kuajak istriku jalan keluar, pasti ini jabang bayi nendang-nendang perut ibunya. Haha.. bukan hanya satu dua kali, tapi sering. Aku jadi teringat, setiap kali perjalanan istriku suka mengingatkan akan jangan lupa berdoa. Entah kalau kita pergi bersama, ataupun ketika aku sendirian. Tak lupa dia mengingatkan lewat sms. Perjalanan memang memberiku energi. Melepaskan segala penat ataupun menemukan sesuatu yang baru. Demikian pun untuk sang jabang bayi ini, aku berdoa nendang-nendang bukan bukan sekedar karena diajak jalan keluar saja, tapi besok-besok ia harus menendang segala jenis kebiadaban dunia. Menghantam para kapitalis, yang menggerogoti sumber daya negara ini. Menghancurkan segala bentuk kemaksiatan yang merajalela, dan membawa kebaikan untuk semua. Amin.

Dan satu lagi anakku, aku rasakan detak jantung mungilmu untuk pertama kalinya ketika Timnas bola Indonesia menghajar Laos 6-0. Para pemain mencetak gol, ibumu ikut gembira, dan untuk kali pertamanya aku rasakan detak jantungmu. Aku turut senang engkau ikut merasakan kegembiraan kami, kegembiraan bangsa ini akan kebangkitan sepak bola Indonesia. Tapi kalau engkau ingin jadi pemain bola, mungkin engkau harus pikir-pikir dulu kali ya. Haha...

Baby I love you, you give me such a trill. When it comes to my heart.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana Kuliah S3

Umumnya, orang akan membayangkan suasana perkuliahan program Doktoral atau Strata Tiga itu menyeramkan. Faktanya, justru suasananya lebih sa...