Rentang waktu satu bulan untuk tidak menulis di blog ini rasanya panjang sekali. Hal ini bukan berarti tidak ingin menulis, tetapi karena berbagai kegiatan yang sangat menyita waktu sehingga blogging menjadi bukan prioritas untuk saat itu.
Beberapa hal sepertinya menarik untuk diungkapkan tetapi ada juga -mohon maaf- ingin mual rasanya untuk sekedar ditulispun. Sebut saja ketika hari-hari ini partai politik sibuk wara wiri membuat action di depan publik, khususnya di Jawa Barat. Ingin muntah rasanya ketika belum juga masa kampanye Pilgub, tetapi baliho-baliho narsis sudah dipajang dimana-mana, sampai seantero wc umum.
Semua kader partai politik bak anggota dewan, ngomong kesana kemari, memberi seribu alasan dengan air liur yang hampir seember. Nurani kini dipajang di pajangan gelas dalam lemari yang tak pernah dibersihkan. Semuanya hanya omong kosong, banyak ngomong tetapi kosong dengan bukti. Ibarat dagelan saja.
Disebut apatis mungkin ada benarnya. Di tengah kekacauan politik yang melanda negeri ini, presiden yang punya embel-embel jenderal,doktor sekalipun hobinya curhat di depan rakyatnya. Segala masalah ancam-mengancam diri dan keluarga segala, semua dibeberkan. Padahal kalau kita bilang, wahai anda bapak presiden, anda ini baru diancam, tuh tengok rakyat jelata, bukan lagi ancaman tetapi sudah mati karena kelaparan. Sungguh, apakah ini yang mau dijadikan teladan negeri??
Tidak hanya itu, turun lagi ke level yang dibawahnya, eh ternyata sama saja. Malah lebih parah. Beberapa hari yang lalu Gubernur Jawa Barat memimpin apel forum ormas Jabar untuk kampanye anti terorisme dan radikalisme. Entah angin puyuh darimana, isu teroris dan radikalisme kok muncul lagi?? sekarang itu wahai bapak Gubernur, rakyat sedang galau masalah kenaikan harga BBM, bukan masalah teroris dll. Lagian siapa lagi yang disebut teroris ataupun radikalis?? Ormas yang anda kumpulkan pun tidak jelas juntrungannya, itupun kalau anda tahu ormas ini afiliasinya kemana, gerakan di lapangannya seperti apa?? Saya bukannya sok tahu ataupun sok mengajari, tapi saya heran kok sampai tidak tahunya bapak gubernur memimpin apel ormas-ormas yang kerjanya tukang palak, preman pasar, tukang jagain tanah sengketa. Heran sungguh heran..
Bisa disebut republik ini sedang GALAU. Saking galaunya ada pimpinan partai yang siap digantung di Monas kalau dirinya terbukti korupsi. Hal ini setelah beberapa saksi, menyebut yang bersangkutan memang meminta dana miliaran rupiah. Sungguh benar kata Sudjiwo Tedjo, Jakarta sudah punya hantu jeruk purut, hantu casablanca, si manis jembatan ancol, jadi jangan tambah lagi dengan hantu monas. Hehehe... mosok to nas??