Allahummaghfirlahu warhamhu wa’fu anhu..waj’al jannata matswahu…allahummaj’alhu min ibadika alladzi yadkhulunal jannata bighairi hisab ya mujibad du’a..allahummaj’ahu min ibadika kama qaala nabiyyukal kariem;” syayyidusy syuhada’ hamzah..”Allahummaj’alhu min ibadikalladzi yadlhulunal firdausa ya mujibas saa’ilin..bibarakati syahri ramdhan..allahummaj’al ahlahu min ibadikash-shabirin..min ibadikal mukhlisin..allahummar zuq ahlalhu rizqan halalan,mubarakan..wasi’an..allahumma yassir wala tu’aasir wa ‘aa’in..ya mujibad du’a..ya rabbal’alamin..
Selamat Jalan Bang Gogon..
Awal tahun 99 saya diajak oleh kakak mengikuti Muktamar I Partai Bulan Bintang di Asrama Haji Jakarta. Waktu itu karena masih kecil, tak banyak tahu apa yang sedang dilakukan disana. Setelah itu berkali-kali saya ikut dalam acara partai. Pernah diajak bertemu dengan Prof. Yusril di Jalan Pungkur Bandung. Ketika awal kuliah dulu, barulah tau bahwa tempat itu markasnya DPW PBB dan DDII Jabar.
H. Ahmad Sumargono merupakan tokoh yang tidak pernah putus dari perjuangan. Berbeda dengan para politisi PBB lainnya seperti Prof Yusril, MS Kaban, bang Gogon merupakan pejuang yang tidak pernah pragmatis melihat duniawi. Bersama dengan H. Hartono Mardjono dan KH Abdul Qadir Djaelani, mereka bertigalah yang menjadi panutanku mengenal politik Islam di Indonesia. Mereka tidak hanya jago ngomong, tapi juga cerdas dalam mengemukakan ide-idenya di atas kertas.
H. Hartono Mardjono dan KH Abdul Qadir Djaelani telah wafat. Dan kini, pada Jumat kemarin bang Gogon menghembuskan nafas terakhirnya. Mereka bertiga sudah dipanggil oleh yang Maha Kuasa.
Cobalah tengok bagaimana mereka mengawali perjuangannya. Dan ingatlah bagaimana di akhir hayat mereka masih mendedikasikan diri untuk perjuangan. Mereka tidak silau dengan harta, sebagaimana para politisi parpol Islam yang lain begitu menyembah-nyembah harta dan jabatan. Mereka figur yang seharusnya menjadi teladan bagi para generasi Islam dimana pun berada. Selamat jalan bang Gogon, perjuanganmu pasti kami lanjutkan!!