Angka kemiskinan telah menjadi ukuran resmi dalam
menilai sebuah daerah atau negara. Formula yang digunakan untuk menghitung
angkanya pun telah menjadi sebuah patokan bagi seluruh negara. Kondisi seperti
jumlah pengangguran, indeks jual beli masyarakat, Angka Partisipasi Kasar dan
Murni, Angka Kematian Ibu Anak merupakan salah satu dari penunjang prestasi
maju mundurnya sebuah negara.
Berbicara masalah kemiskinan, semua orang pasti
sepakat untuk menanggulanginya. Namun sangat disayangkan, bagi beberapa pihak
kondisi kemiskinan seperti yang terjadi di negara kita telah menjadi komoditas
(barang dagangan) untuk memperkaya diri, keluarga maupun kelompoknya. Sebuah
kondisi yang ironi, tatkala negeri ini butuh orang-orang yang mampu memerankan
dirinya bak seorang negarawan, malah menjadi sapi perahan bagi pihak lain untuk
menghancurkan negeri ini.
Saya menyebutnya para penjilat negeri. Mereka yang
menjilat saudara, sesama anak bangsa, mengambil keuntungan dengan menjual
kondisi republik yang masih carut marut. Mereka yang tertawa, ketika masih
banyak masalah kemiskinan merajalela dimana-mana. Merekalah para penjilat, yang
mengaku atas nama rakyat, membela kepentingan rakyat, memberikan waktunya untuk
rakyat, tapi ternyata secara sadar harga diri bangsa mereka gadaikan, Tuhan
mereka berupa angka-angka dalam nominal rupiah ataupun dollar.
Republik ini sedang sakit. Berbagai sektor dipimpin
oleh orang-orang yang melacurkan diri. Omong kosong atas nama rakyat, omong
kosong proyek anti kemiskinan yang mereka buat, karena pada faktanya mereka
menjual rakyat miskin untuk mengisi perut yang tak kunjung kenyang. Sungguh
prihatin, banyak diantaranya mereka yang bertitel tinggi namun sayang otak
mereka hanya dijejali dengan nafsu syaithon. Logika-logika kritis hanya untuk
kepentingan kelompok yang hampa, tak berisi pada hakikatnya. Naudzubillah. (RN1)
Gambar: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSotnCtwMZYOA2wHMdFUtMpV-YeJzL1X-zEqt906Gt45eH4aJya