Oleh : Ramlan
Nugraha
Ada
yang menarik pagi hari ini. Dalam perjalanan ke kantor secara tidak sengaja
saya melihat spanduk ajakan mengikuti jalan sehat dari sebuah Organisasi
Kemasyarakatan (Ormas) terkenal di Kota Bandung. Sedikit menggelikan ketika di
spanduk tersebut dengan jelas tertulis “Jalan
Sehat...Yes, Politik...No”. Kenapa menggelikan ? Sudah pasti geli, karena panitia
jalan sehat tersebut adalah salah satu ormas pendukung Walikota saat ini. Tanpa
ada tulisan “Politik...No” pun, pada
dasarnya masyarakat sudah tahu bahwa acara tersebut selain memang untuk jalan
sehat, pasti ada muatan politik dibaliknya. Ah dasar, terlalu lebay, mencitrakan
diri seakan jauh dari politik, eh ternyata malah semakin ketahuan seperti apa belangnya.
Satu lagi yang membuat perut ini ingin muntah
adalah ketika media space di Koran Tribun
Jabar yang khusus memberitakan segala tetek bengek tentang DR. Irianto MS,
Ketua Partai Golkar Jawa Barat. Seperti kita tahu bahwa di media mana pun mantan
Bupati Indramayu ini sering dipanggil Yance. Tetapi entah karena ada angin gelebug dari mana, dalam beberapa minggu
terakhir, khususnya di Tribun Jabar, ada tambahan istilah Kang di depan nama Yance. Jadilah namanya menjadi Kang Yance. “Na meuni usil, keun atuh ngaran-ngaran batur
naha kudu dimasalahkeun!!”, ceuk istri
kawula komentar kanu tulisan ieu. Lain
kukitu na Neng, ngan hanyang seuri weh, asa teu biasa jeung teu pantes. Ah, mereun teu kunanaon da pamikirna,
segala sesuatu untuk menggolkan menjadi Jabar-1, harus ditempuh, termasuk tambah ngaran ieu salah sahiji. Barakatak..,
Sedikit
prihatin ketika para politisi kita lebih mementingkan pencitraan dibandingkan
dengan yang lainnya. Apalagi di Jawa Barat sebentar lagi akan diadakan
perhelatan akbar berupa Pemilihan Gubernur (Pilgub). Mendekati momentum
tersebut, para politisi yang mengaku siap menjadi Cagub, rame-rame mendekati
rakyat, entah dengan cara jalan sehat, memberikan gelar pahlawan daerah,
booking kolom di koran-koran, atau yang lebih elit, mendapatkan gelar
kehormatan dari luar negeri.
Orang-orang yang hobinya sebagai
even organizer sangat suka akan momentum ini. Berbondong-bondonglah menawarkan
paket pencitraan yang tujuannya tidak lebih dari menaikkan rating popularitas
sang tokoh ini. Lalu dimana posisi rakyat di mata mereka? Ya rakyat hanya
sebagai komoditas, objek yang harus diajak untuk selalu terpengarah melihat
kepopuleran sang tokoh. Dan pada akhirnya adalah, paket jalan sehat seperti
diatas hanyalah kamuflase, karena pada dasarnya yang terpenting adalah berapa
banyak orang yang hadir, bagaimana pemberitaan di media, siapa saja tokoh lain
yang hadir, dan bagaimana pihak lain melihat acara ini ?? Ironi, begitulah kata
Soetrisno Bachir dalam kolom tokoh di Suara Hidayatullah edisi bulan ini.
Masyarakat tidak perlu dijejali
dengan paket-paket murahan tersebut. Begitupun dengan para ‘event organizer’.
Sudah saatnya masyarakat kita tidak lagi ditipu layaknya tulisan di spanduk
tadi, Jalan sehat yes, politik no !!