Umat Butuh Pejuang Sejati


“Jangan sekali-kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada kenikmatan dunia yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang kafir), dan jangan engkau bersedih hati terhadap mereka dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman” (QS. Al Hijr: 88).

Al Qur’an surat Al Hijr: 88 mengawali kalimatnya dengan kata-kata “Jangan sekali-kali”. Sebuah ungkapan perintah yang tidak main-main. Manusia diperintahkan oleh Allah untuk jangan sekali-kali mengarahkan pandangannya atas kenikmatan dunia yang dimiliki oleh orang kafir.

Fenomena hari ini sangatlah kontradiktif dengan perintah diatas. Arus globalisasi yang menelurkan kapitalisme dan liberalisme, seolah-olah menjadi rujukan semua orang, khususnya para remaja dan pemuda. Gencarnya media mengobral kenikmatan dunia, menampilkan hingar bingarnya kehidupan selebritis, pamer kekayaan artis-artis Hollywood, sampai pada high-tech yang “harus” dipakai semua orang. Trend dunia pun digeser dengan bantuan media. Dunia fashion misalnya, menampilkan pesan kepada setiap orang “siapa yang tidak bisa mengikuti model sekarang, maka bukanlah anak kandung zaman”. Alhasil, semua orang pun tergerus hatinya, merelakan kehormatan serta harga dirinya sebagai muslim, dan terjajah oleh produk-produk kapitalis. Naudzubillah.

Umat membutuhkan pejuang. Sebagaimana apa yang tertulis dalam Al Qur’an surat Al Hijr: 97-99.

“Dan sungguh, Kami mengetahui bahwa dadamu sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau di antara orang yang bersujud (shalat). Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu”.

Itulah tantangannya. Dadamu akan sempit atas konsekuensi apa yang telah engkau lakukan. Tetap memegang teguh jati diri, tegas terhadap etika pergaulan, pada zaman sekarang sangatlah banyak tantangan. Tidak jarang misalnya, wanita baligh yang memantapkan hatinya dengan berjilbab, mendapat tantangan dari keluarga atau teman-teman sekitarnya berupa cemoohan ataupun ungkapan pedas lainnya. Tapi sekali lagi, Allah maha mengetahui segalanya. Allah mengarahkan setiap hambanya dengan petunjuk berupa kitab suci Al Qur’an. Maka bacalah sekali lagi, niscaya engkau akan tahu ternyata Allah telah mengetahui apa-apa yang akan terjadi. Allah pun maha penyayang, memberikan solusi kepada setiap hambanya untuk bertasbih dan bersujud sampai ajal memanggil. Subhanallah, inilah bentuk kecintaan pencipta kepada makhluknya.

Keyakinan mendalam atas apa yang telah diperintahkan Allah kepada kita, niscaya menjadikan itu adalah proses menjadi pejuang sejati. Zaman semakin deras, menciptakan tatanan yang penuh arogansi, deru nafas masyarakat adalah materi, dimana keadilan dan kebenaran semakin tidak mendapat tempat yang berarti. Tapi inilah tantangan seorang pejuang. Karakter jauh lebih penting dibandingkan segalanya. Hidup berjamaah, bersama orang-orang satu visi hanyalah sarana. Yang menentukan langkah hidup adalah dirimu, engkau sendiri yang menentukannya, bukan aku, keluargamu, partai, ataupun negara sekalipun. Dihisabnya kehidupanmu adalah tanggung jawab masing-masing. Dunia dan segalanya sekali lagi hanyalah sarana, proses menjadikan kita lebih dewasa memahami hidup. Proses menuju seorang pejuang sejati yang mengerti makna kehidupan. Wallahu’alam bishshawab.



Bandung, 18 Mei 2010

Di tengah sebuah tahap, kuterobos itu dengan satu keyakinan pasti
Dan pada akhirnya, di setiap langkah, engkaupun membuktikan Janji-Mu.
Laa roiba fiih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana Kuliah S3

Umumnya, orang akan membayangkan suasana perkuliahan program Doktoral atau Strata Tiga itu menyeramkan. Faktanya, justru suasananya lebih sa...