Gusti Alloh mengingatkan kepada kita untuk selalu berpegang teguh kepada Al Quran. Islam itu indah, mengajarkan supaya kita selalu bersyukur atas segala yang telah diberikan dalam hidup. Mengeluh, hanyalah sifat orang yang tidak pandai bersyukur. Taqwa itu haqqul yakin, ridha atas segala larangan dan perintahnya, yakin bahwa Allah adalah satu-satunya penolong bagi kita.
Seseorang yang selalu berusaha menanamkan ini dalam setiap aktivitas, entah itu di bidang ekonomi, pendidikan, politik, sosial, budaya, militer maka dalam dirinya tidak akan pernah gusar ketika menghadapi masalah. Ada mungkin yang menganggap itu masalah, tapi bagi orang yang haqqul yakin, itu adalah proses. Sebuah tahapan yang harus dilalui untuk menggapai tingkatan taqwa. Ingat, ridha itu bukan berarti pasrah, tidak bekerja, karena mengganggap bahwa Allah pasti mengurus setiap makhluk ciptaannya. Islam itu juga rasional, siapa yang menyempurnakan ikhtiar pasti akan mendapat balasan sesuai apa yang diusahakannya. Islam juga mengharuskan supaya kita percaya kepada hal ghaib –Rukun Iman-, maka selain kita “habis-habisan” dalam ikhtiar, doa pun harus jalan terus. Islam itu seimbang, ada makanan untuk fisik, ada juga untuk mental.
Dua hari yang lalu, ketika sedang menunggu bus menuju Bandung, seperti biasa saya menyelipkan bahan untuk direnungi. Sudah hampir enam tahun saya melakukan intensitas seperti ini, dan di setiap perjalanannya hampir muncul pertanyaan yang sama, “Apa yang sudah dilakukan, sekarang harus melakukan apa, dan bagaimana besok?”. Di setiap deru engine yang mengaung tiada henti, gesekan clutch yang menimbulkan bau apek, selalu muncul lintasan seperti itu.
Saya menyebutnya Muhasabah, refleksi atas apa yang sudah dikerjakan. Tapi redaksi kalimatnya mengandung keragu-raguan? Secara psikologis wajar, saya tidak bisa membunuh rasa itu, tak bisa memaksakan bahwa memang itu harus keluar dari otak ini. Tapi sekali lagi, Islam itu indah. Seorang teman menganalogikan, “mau nginjak beling (kaca) dengan kapas, rasanya sama!”. Hey, benar juga. Setiap orang pasti siap diajak hidup senang, bergelimangan harta, jabatan dan wanita. Tapi ketika ditanya siapkah mereka jikalau harta, jabatan dan wanita meninggalkan kehidupan mereka? Konsep beling (kaca) dan kapas harus kita pakai. Disinilah letak yang disebut taqwa, haqqul yakin. Roditubillahi robba wabil Islaami diina, wa bimuhammad nabiyya, Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad Saw sebagai nabiku.
Di tengah sebuah tahap, kuterobos itu dengan satu keyakinan pasti
Janji-Mu pasti ditepati, laa roiba fiih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar