Catatan Perjalanan
Sukabumi, 13 Agustus 2009
MENYUSURI KILOMETER AKHIR SUKABUMI*
Potensi Jawa Barat bagian selatan menyimpan potensi yang luar biasa. Potensi tersebut yaitu keindahan alam yang berada di sepanjang pantai laut selatan. Sukabumi, sebagai daerah yang terletak di daerah tersebut tentu mempunyai peluang seperti halnya Bali, terkenal karena alamnya. Tetapi itu hanya sekedar mimpi, kalau para stakeholders dan masyarakatnya tidak mempunyai visi yang sama dalam proses pembangunan daerahnya.
Memandang indahnya cakrawala malam di pesisir pantai, sambil menyusuri jalanan sepanjang 150 km menuju perbatasan Sukabumi-Banten, membuat bulu kudukku berdiri, inilah kebesaran ciptaan yang maha kuasa. Subhanallah.
Proses Keberangkatan
Kamis pukul 09.40 WIB, saya berangkat dari terminal Leuwi Panjang, Bandung. Tidak terlalu lama untuk menemukan bus jurusan Bandung-Sukabumi, tapi tentu kalau kita bandingkan dengan jumlah bus jurusan Bandung-Bekasi ataupun Bandung-Tasikmalaya dan Bandung-Garut, jurusan ini menempati rangking keempat bila kita bandingkan berdasarkan jumlah penumpangnya.
Perjalanan menuju Kota Sukabumi relatif lancar. Jalur yang dilewati yaitu Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, setelah itu kita langsung menuju Kota Sukabumi. Sekitar pukul 14.30 WIB akhirnya sampai juga saya di sana. Turun di Jalan ABC, lalu melanjutkan perjalanan dengan becak menuju Masjid Agung Kota Sukabumi. Sebenarnya bisa juga menggunakan angkutan kota, tapi mungkin terasa kurang berkesan ketika melintasi jalan kota yang masyarakatnya terkenal karena keramahtamahannya ini. Ongkos becak hanya Rp 4000 dengan jarak kurang lebih 2 KM, perjalanannya relatif cepat karena medan jalanan yang menurun. Beres itu, saya pun menunggu rekan yang akan menjemput menuju sekretariat KAMMI Daerah Sukabumi. 20 menit berlalu, akhirnya rekan saya, Saudara Azis datang menghampiri. Lokasi sekretariat tidak terlalu jauh dengan Masjid Agung, sehingga kita cukup berjalan kaki saja.
Agenda Silaturahim
Selain kesibukan menjalani amanah sebagai mahasiswa, hampir semua pengurus daerah Sukabumi mempunyai aktivitas pekerjaan di luar perkuliahan dan organisasi. Kami tidak menyebutnya ini sebagai salah satu kendala organisasi, karena toh itu merupakan kebutuhan pribadi. Tapi kadang jujur kita akui bahwa dengan kondisi tersebut intensitas pertemuan dan produktivitas kinerja dalam organisasi menjadi sedikit berkurang. Bagi saya sebagai pengurus perwakilan wilayah, kami menyadari bahwa di satu sisi ini adalah kebutuhan mereka tetapi di sisi lain aktivitas untuk melaksanakan tugas organisasi pun harus juga dilaksanakan. Saran kami, harus ada formulasi yang tepat supaya keduanya bisa berjalan seimbang.
Walaupun begitu, saya justru merasakan sebuah harapan yang besar terhadap daerah ini. Jadi teringat ketika dulu pernah membaca buku berjudul “Berani Gagal” karya Billi PS. Lim, “Krisis atau masalah yang berhimpun/bertemu memberikan kita peluang. Seperti kata Einstein, terpuruk dalam masalah merupakan peluang hebat kita. Dengan kata lain, kita tidak mungkin mendapat peluang tanpa menghadapi resiko. So, saya pun meyakini, masalah yang dihadapi adalah peluang hebat bagi daerah ini untuk bangkit!
Agenda kunjungan ini merupakan salah satu program kerja monitoring wilayah terkait dengan perkembangan masing-masing daerah. Saya seharusnya datang dengan tiga orang rekan, tapi karena berhalangan mereka tidak bisa hadir. Mudah-mudahan ke depan mereka bisa hadir dalam agenda organisasi selanjutnya.
Ruang lingkup kerja Kamda ini cukup luas, yaitu meliputi kota dan kabupaten. Dengan tanggung jawab tersebut memang seharusnya jumlah kader berbanding lurus dengan kondisi yang ada. Tetapi hal ini belum maksimal terlaksana, jumlah SDM masih terbatas, kualifikasi kader yang lebih banyak AB 1/operasional. Padahal dalam konteks analisis pengembangan, daerah yang terdiri dari kota dan kabupaten mempunyai potensi yang lebih besar untuk berkembang lebih cepat. Apalagi pengesahan Kabupaten Sukabumi Utara tinggal menunggu waktu dari dewan yang baru.
Road to Palabuhan Ratu
Perjalanan kami dari Kota Sukabumi menuju Masjid Agung Kabupaten Sukabumi yaitu sekitar 2,5 jam. Setelah melaksanakan sholat Isya kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju pantai Palabuhan Ratu. Waktu kala itu pukul 20.00 WIB. Sepanjang jalan melintasi kota Palabuhan Ratu banyak hal yang kini berubah. Kota ini telah banyak berubah, menjadi salah satu pusat kota di daerah selatan Jawa Barat. 2 jam kami lalui, akhirnya sampai jumpa di lokasi yang telah kami tentukan.
Menyusuri pesisir pantai selatan menjadi sebuah memori tersendiri bagi saya. Walaupun saat itu malam hari, suasana lautan tidak terlihat dengan jelas tetapi suara ombak yang bergemuruh, saling berlarian, menjadi nuansa akan bukti ciptaan Tuhan. Kami pun sepakat, melewati malam ini di depan pantai dengan beralaskan tikar dan beratapkan langit. Hangat menyentuh badan, tidak dingin apalagi panas. Malam yang indah, ditemani dengan nasi goreng ayam plus air kelapa gula merah seakan menambah kekhusyuan kami untuk berdiskusi lebih larut. Tapi malam telah menjemput kami untuk berangkat menuju peraduan.
Pagi ini seharusnya kami bisa bertemu dengan seorang rekan KAMMI dari STAI Palabuhan Ratu. Tapi karena beliau berhalangan hadir, perjalanan yang sedianya juga sudah diagendakan untuk rihlah dilanjutkan menuju pemandian air panas, Cipanas dan terakhir melintasi jalanan sampai perbatasan Sukabumi dan Propinsi Banten. Biru lautan, derunya ombak dan hamparan pantai dengan jelas bisa kami lihat di daerah itu. Subhanallah, begitu indah ciptaan yang maha kuasa.
Perjalanan Pulang
Setelah beres melaksanakan shalat jum’at, kami pun kembali pulang ke Kota Sukabumi. Jujur, ini perjalanan yang cukup excited bagi saya. Kadang memang, agenda-agenda non formal seperti ini justru lebih memperat tali kekeluargaan, kita lebih terbuka dalam memandang kondisi organisasi, dan begitu pun sebaliknya, kami saling berbagi atas berbagai hal. Jarak tidak lagi dibatasi karena posisi amanah organisasi sehingga kadang membuat rasa keseganan dalam mengungkap suatu hal. Dengan nuansa seperti ini, kami lebih dekat, lebih memahami kondisi yang terjadi.
Daging bebek rica-rica menjadi santapan terakhir saya berada di Sukabumi. Saudara Hendi memang tidak salah mengajak saya ke tempat ini. Ditemani juice jeruk, seakan hidangan ini menjadi penutup perjumpaan diantara kami. Ba’da maghrib, saya pun berpamitan. Meninggalkan Sukabumi menuju Kota Bandung.
Sampai jumpa Sukabumi, semoga kita bertemu kembali.
Catatan Ringan
Penguatan struktur organisasi dan peningkatan kualitas anggota mempunyai peranan yang sangat vital dalam membangun kualitas sebuah organisasi. Setiap pengambil kebijakan harus faham hal ini. Kualitas kondisi internal organisasi menjadi sebuah hal yang fundamental dalam capaiannya menggapai visi organisasi. Selain itu, perlu diingat bahwa faktor dasar dalam melakukan perubahan dalam lingkup organisasi terdiri dari tiga faktor, yaitu manusia, sistem dan budaya.
Manusia dalam fungsinya sebagai pelaku organisasi mempunyai peranan yang sama dalam membangun kualitas organisasi. Kalaulah ada pernyataan bahwa seorang pemimpin/ketua harus mempunyai pengorbanan/pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain, maka organisasi ini tidak berjalan sesuai dengan lajunya. Dalam cara pandang organisasi beradab, persepsi bahwa seorang pemimpin/ketua adalah atasan dan staff adalah bawahan adalah hal yang salah, begitu juga dengan contoh lain semisal, apabila ada seorang pejabat menganggap bahwa masyarakat adalah bawahan dan begitupun sebaliknya, masyarakat menganggap bahwa pejabat adalah atasan yang harus dipatuhi apapun perintahnya, maka hancurlah prinsip pelayanan publik.
Manusia menempati posisi sentral dalam perubahan organisasi. Oleh sebab itu, penting kiranya untuk kita menggunakan sudut pandang manajemen sumber daya manusia sebagai rujukan kita dalam berorganisasi.
Paradigma organisasi yang menganggap bahwa manusia adalah subjek pelaksana, subjek pekerja, subjek teknis operasional, dan lain sebagainya merupakan paradigma yang keliru. Dalam prinsip manajemen sumber daya manusia justru paradigma yang seharusnya diterapkan adalah manusia diposisikan sebagai pihak yang harus menjadi objek dalam semua aktivitas organisasi. Peningkatan kualitas objek/manusia merupakan bagian fundamental dalam sebuah organisasi. Organisasi beradab selalu berpandangan bahwa kerja keras yang dilakukan organisasi pada dasarnya adalah bagaimana meningkatkan kapasitas semua orang di dalamnya. Ingat, semua orang yang terlibat dalam organisasi, bukan hanya untuk kepentingan segelintir apalagi hanya untuk peningkatan kualitas ketua saja. Inilah aspek penting yang dinamakan kolektivitas organisasi.
Perubahan objek/manusia tanpa diimbangi dengan perubahan budaya dan sistem akan menyebabkan organisasi berjalan pincang ataupun berat sebelah. Sistem yang dibangun adalah sejumlah aturan organisasi yang telah dijadikan sandaran semua pihak dalam melaksanakan organisasi, atau dalam hal ini AD/ART organisasi.
Salah satu tujuan konstitusi adalah membangun struktur organisasi yang kuat. Sebagai contoh, adanya aturan tentang syarat sebuah Komisariat atau Daerah disebut persiapan ataupun penuh. Adanya syarat ini mengandung unsur bahwa organisasi secara tegas dalam mengatur dan mengawal bagaimana tujuan akhir dari kualitas organisasi yang ingin dicapai. Lain halnya kalau aturan dalam sistem ini tidak dijalankan maka dampaknya akan merugikan organisasi itu sendiri.
Implementasi pelaksanaan sistem organisasi dibungkus oleh budaya organisasi. Budaya ini sebagai gambaran dari karakter khas organisasi. Apabila seseorang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, faham akan sistem yang harus dijalankan, tetapi tidak memiliki budaya organisasi, maka individu tersebut bisa jadi melakukan tindakan tidak disiplin, melakukan segala sesuatu hanya sesuai dengan keinginannya sendiri.
Ketiga faktor di atas merupakan penopang dasar dalam proses perubahan yang ingin dilakukan dalam sebuah organisasi. Setiap kebijakan yang menghasilkan threatment maka harus memprioritaskan ketiga faktor tersebut.
Wallahu’alam bishshawab.
*) Ramlan Nugraha, Ketua Departemen Kebijakan Publik KAMMI Wilayah Jawa Barat periode 2008-2010. Melakukan agenda roadshow monitoring dari 1-15 Agustus 2009. Bertemu langsung dengan rekan-rekan daerah Sumedang, Bandung, Garut, Cirebon, Indramayu, Sukabumi, Tasikmalaya dan Ciamis.
Catatan ringan dari setiap perjalanan. Sekedar mengasah pena agar tak hilang ditelan waktu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Suasana Kuliah S3
Umumnya, orang akan membayangkan suasana perkuliahan program Doktoral atau Strata Tiga itu menyeramkan. Faktanya, justru suasananya lebih sa...
-
Bandung, 1 Maret 2010 [ketika perjalanan adalah energi untuk terus bergerak] “ Singsingkan lengan baju, hadapi lawan,..dst ”, bagian lagu in...
-
Umumnya, orang akan membayangkan suasana perkuliahan program Doktoral atau Strata Tiga itu menyeramkan. Faktanya, justru suasananya lebih sa...
-
Jum’at, 12 Februari 2010 Ditulis sebagai pengalaman pribadi waktu mengikuti Konferensi Nasional Anggaran Daerah pada 1-5 Februari di Hotel P...
-
Rabu, 31 Maret 2010 Tepat di akhir bulan ini saya mendaftarkan diri untuk mengikuti tes PTESOL (Profiency Test of English to Speakers of Oth...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar