Hari libur ini (14/8) saya sengaja berkunjung ke
Kelurahan Cibeureum, Cimahi Selatan. Ada beberapa orang yang perlu diminta pendapatnya
terkait pola komunikasi aparat Kepolisian dengan masyarakat. Dari sekitar tiga
orang yang ditemui, salah satunya adalah Pak Dadang (52). Beliau adalah Ketua RW.
Menurut beliau, jajaran kepolisian di wilayahnya sangat pro aktif dan cukup
terbuka. Hal ini terlihat dari bagaimana pihak kepolisian memberikan informasi
kepada warga, akses warga dalam menyampaikan informasi sampai pada informasi
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hasil akhir diskusi dengan beliau memberi
kesan bahwa polisi adalah mitra masyarakat yang ramah dan tidak perlu ditakuti.
Berbeda halnya dengan Pak Dadang, Srie (29) seorang
Ibu rumah tangga beranak satu ini mengatakan dirinya jarang sekali mengetahui informasi
yang disampaikan oleh pihak Kepolisian. Menurutnya, kinerja polisi di
wilayahnya biasa-biasa saja. Bahkan kalau dilihat dari kasus kejahatan yang
terjadi, kasus Curanmor di Cimahi Selatan adalah yang tertinggi di Kota Cimahi.
Padahal Lokasi Polres Cimahi ada di Cimahi Selatan. “Ini kan ironi”, ujar Srie.
Dari dua contoh diatas dapat diambil pendapat sederhana
bahwa interaksi polisi dengan masyarakat masih sebatas dengan kalangan tertentu
saja semisal pengurus RW atau RT. Lain halnya dengan masyarakat biasa seperti Mba
Srie yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Pesan yang ingin disampaikan kepada aparat Kepolisian
khususnya di tingkat Polsek (kecamatan) adalah jangan sampai interaksi yang
dilakukan adalah tebang pilih. Polisi harus masuk ke semua lini, baik ibu rumah
tangga, pedagang, tukang becak, tukang ojeg, dll. Inilah kinerja yang
seharusnya diperbaiki disamping tugasnya untuk menjaga keamanan ***